Strategi dan Model Pembelajaran Prakarya
Pengalaman
belajar yang paling efektif adalah apabila peserta didik/seseorang mengalami/berbuat
secara langsung dan aktif di lingkungan belajarnya. Pemberian kesempatan yang
luas bagi peserta didik untuk melihat, memegang, merasakan, dan mengaktifkan
lebih banyak indra yang dimilikinya, serta mengekspresikan diri akan membangun
pemahaman pengetahuan, perilaku, dan keterampilannya. Oleh karena itu, tugas
utama pendidik/guru adalah mengondisikan situasi pengalaman belajar yang dapat
menstimulasi atau merangsang indra dan keingintahuan peserta didik. Hal ini
perlu didukung dengan pengetahuan guru akan perkembangan psikologis peserta
didik dan kurikulum di mana keduanya harus saling terkait. Saat pembelajaran,
guru hendaknya peka akan gaya belajar peserta didik di kelas. Dengan mengetahui
gaya belajar peserta didik di kelas secara umum, guru dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat. Dengan demikian, pendidik/guru hendaknya menyiapkan
kegiatan belajarmengajar yang melibatkan mental peserta didik secara aktif
melalui beragam kegiatan, seperti: kegiatan mengamati, bertanya/mempertanyakan,
menjelaskan, berkomentar, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan sejumlah
kegiatan mental lainnya. Guru hendaknya tidak memberikan bantuan secara dini
dan hendaknya selalu menghargai usaha peserta didik meskipun hasilnya belum
sempurna. Selain itu, guru perlu mendorong peserta didik supaya peserta didik
berbuat/berpikir lebih baik, misalnya melalui pengajuan pertanyaan menantang
yang ‘menggelitik’ sikap ingin tahu dan sikap kreativitas peserta didik. Dengan
cara ini, guru selalu mengupayakan agar peserta didik terlatih dan terbiasa
menjadi pelajar sepanjang hayat. Beberapa model pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik aktif dan dapat dijadikan acuan pengajaran keterampilan di kelas,
antara lain seperti berikut.
1. Model Pembelajaran Kolaborasi
Pembelajaran
kolaborasi (collaboration learning) menempatkan peserta didik dalam kelompok
kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan kelompok. Dukungan sejawat, keragaman pandangan,
pengetahuan dan keahlian sangat membantu mewujudkan belajar kolaboratif. Metode
yang dapat diterapkan antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir,
turnamen, tim quiz.
2.
Model Pembelajaran Individual
Pembelajaran
individu (individual learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik
secara mandiri untuk dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain tugas mandiri,
penilaian diri, portofolio, galeri proses.
3. Model Pembelajaran Teman Sebaya
Beberapa
ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila
seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain. Mengajar
teman sebaya (peer learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik. Pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber
bagi temannya. Metode yang dapat diterapkan antara lain: pertukaran dari
kelompok ke kelompok, belajar melalui jigso (jigsaw), studi kasus dan proyek,
pembacaan berita, penggunaan lembar kerja, dll.
4. Model Pembelajaran Sikap
Aktivitas
belajar afektif (affective learning) membantu peserta didik untuk menguji
perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang dikembangkan dalam model
pembelajaran ini didesain untuk menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan
sikap peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain: mengamati sebuah
alat bekerja atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan teman, demonstrasi,
mengenal diri sendiri, posisi penasihat.
5. Model Pembelajaran Bermain
Permainan
(game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis yang jarang peserta didik
lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan pintu pembuka simpul-simpul
kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa, tersenyum peserta didik akan mudah
menyerap pengetahuan yang diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan
keterlibatan belajar peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain:
tebak gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung
lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran.
6. Model Pembelajaran Kelompok
Model
pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering digunakan pada setiap
kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika
metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode
yang dapat diterapkan antara lain proyek kelompok, diskusi terbuka, bermain
peran.
7. Model Pembelajaran Mandiri
Model
Pembelajaran mandiri (independent learning) peserta didik belajar atas dasar
kemauan sendiri dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan merefleksikan
keinginan. Teknik yang dapat diterapkan antara lain apresiasi-tanggapan, asumsi
presumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga cakap memperlakukan
alat/bahan berdasarkan temuan sendiri atau modifikasi dan imitasi, refleksi
karya, melalui kontrak belajar, maupun terstruktur berdasarkan tugas yang
diberikan (inquiry, discovery, recovery).
8. Model Pembelajaran Multimodel
Pembelajaran
multimodel dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hasil yang optimal
dibandingkan dengan hanya satu model. Metode yang dikembangkan dalam
pembelajaran ini adalah proyek, modifikasi, simulasi, interaktif, elaboratif,
partisipatif, magang (cooperative study), integratif, produksi, demonstrasi,
imitasi, eksperiensial, kolaboratif.
Saya ingin berkongsi dengan anda semua di sini tentang bagaimana saya mendapat pinjaman saya dari Encik Benjamin yang membantu saya dengan pinjaman sebanyak 400,000.00 Euro untuk memperbaiki perniagaan saya. Ia mudah dan cepat apabila saya memohon pinjaman apabila keadaan semakin kasar dengan perniagaan saya. Benjamin memberi pinjaman saya tanpa berlengah-lengah. di sini adalah e-mel Benjamin / e-mel kenalan: +1 989-394-3740, lfdsloans@outlook.com.
BalasHapus